Ka BBAP Takalar menunjukkan Lawi lawi (Cauerpa sp ) yang dikultur di Bak |
Takalar 2 Juli 2012
TAKALAR.
BBAP Takalar sebagai salah satu Balai Budidaya yang berada di bawah Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan terus berupaya
untuk mengembangkan komoditas komoditas unggulan baru yang bisa meningkatan
perekonomian masyarakat pesisir.
Komoditas yang saat ini sudah berhasil dikembangkan adalah rumput laut Caulerpa
sp, atau dikenal dengan nama Lawi lawi (Sulawesi Selatan) atau Latoh (Jawa) yang dibudidayakan di Tambak dan
Laut.
Saat
ini BBAP Takalar bekerjasama dengan ACIAR mendesiminasikan Jenis rumput laut
yang bisa dikonsumsi ini di Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan. Pada awalanya
uji coba dilakukan pada satu petak Tambak Di Dusun Turikale Laikang bersama
dengan komoditas rajungan. Hasil Uji
coba pertama tersebut dalam waktu 3
bulan masa pemeliharaan menghasilkan pertumbuhan biomas 10-13 kali lipat dari
jumlah saat tebar pertama kali. Dengan kata lain dalam 1 bulan pemeliharaan di
tambak pertumbuhannya bisa mencapai 3-5 kali lipat.
Teknik budidaya yang mudah, cepat dan menguntunkan dibanding
budidaya rumput jenis Cotonii bukan tidak mungkin jenis ini akan menjadi
primadona masyarakat pesisir mengikuti jenis Cotonii. Budidaya lawi-lawi sangat
mudah, cepat dan menguntungkan. Bagaimana
tidak, dengan modal bibit Rp 600.000 (160 kg), para pembudidaya dalam waktu 2
bulan bisa menghasilkan 1600 kg atau Rp 6.400.000 dan bulan ke 3, bisa
menghasilkan produksi lebih dari 1600 kg. Keuntungan lainnya dari budidaya ini
adalah dijual dalam keadaan basah berbeda dengan jenis Glacilaria
ataupun Kappapicus sp (Cotonii) yang umumnya dijual kering.
Keberhasilan uji coba budidaya ini kemudian diterapkan
dalam pola desiminasi di Kawasan Teluk Laikang. Para pembudidaya Lawi lawi di
Laikang saat ini telah tergabung dalam kelompok Pembudidaya Lawi-lawi dengan
nama “Bahagia Bersama”, sebagai ungkapan harapan kebahagiaan dari para
pembudidaya di Desa Laikang. Salah satu pionir dalam budidaya lawi-lawi ini Bpk
Parigi Dg Bela mengatakan bahwa, “ Gara-gara lawi-lawi ini saya sudah bisa beli
motor dan sedang membangun rumah baru”.
Bagaimana tidak, hasil yang diperoleh Parigi Dg Bela terus meningkat
dari bulan ke bulan, pada bulan ke-6 sejak penebaran pertama mampu menghasilkan
3400 kg/bulan (Rp 12.750.000/bulan).
Jenis lawi-lawi yang tumbuh dan bisa dikembangkan ada 3
yakni Jenis Bulaeng, Bune dan Lipan semuanya merupakan Genus Caulerpa. Koordinator Lapangan BBAP Takalar yang
menangani budidaya Lawi-lawi ini Bpk Nana S S Udi Putra menjelaskan bahwa ada 3
Jenis Lawi-lawi tumbuh dengan baik di Teluk Laikang, namun
jenis yang dominan tumbuh adalah jenis Bulaeng (Caulerpa lentillifera),
sedangkan jenis lainnya Bune (C. Racemosa) dan C. Lipan (C.
sertulariodes) tumbuh sedikit dan memang pengalaman di Filipina dan Vietnam
yang banyak dimanfaatkan adalah jenis C. lentillifera (Bulaeng).
Pembudidaya sedang memanen Lawi- Lawi (Caulerpa sp) di Tambak |
Produksi lawi-lawi ini seluruhnya masih diserap oleh pasar
lokal. Untuk mengantisipasi melimpahnya produksi yang tidak bisa diserap akibat
banyaknya pembudidaya, pihak BBAP Takalar sebagaimana yang di sampaikan oleh
Bpk Sugeng Raharjo, A.Pi. , BBAP Takalar mencoba membantu untuk mencari atau
membuka akses dan peluang pasar ke daerah
lain atau bahkan ekspor untuk mengatasi kemungkinan melimpahnya produksi
lawi-lawi di Laikang dan sekitarnya, karena dalam enam bulan pertama dengan 7
pembudidaya yang terlibat sudah menghasilkan produksi lawi lawi sebanyak 7,5
ton per bulan. Langkah BBAP Takalar didukung oleh ACIAR dengan melakukan
penelitian terhadap bahan-bahan yang terkandungan di dalamnya. [pn 2012]
Posting Komentar