TAKALAR. Budidaya
lawi lawi di Indonesia memang baru berhasil dikembangkan 6 bulan terakhir di
Kawasan Desa Laikang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Hingga semester ke dua
tahun 2012 sudah lebih dari 20 petambak yang terlibat dikegiatan budidaya
lawi-lawi ini. Pada tahun pertama (2011)
merupakan tahapan uji coba dengan 2 orang pembudidaya yang berpartisipasi. Pada
lahan 2 Ha dengan 160 kg bibit lawi lawi berhasil memproduksi 1600 kg lawi lawi
dalam 3 bulan pemeliharaan. Padahal pada awalnya rumput laut ini hanyalah
tambahan dari kegiatan budidaya rajungan yang di tebar bersamaan yang berfungsi
sebagai selter hidup dari tingginya sifat kanibalisme rajungan.
Akan
tetapi karena pasar dan permintaan rumput lawi-lawi juga ada yakni dijual
kepasar sebagai sayuran segar khas masyarakat pesisir membuat jenis rumput laut
ini potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas budidaya yang menguntungkan.
Pada uji coba berikutnya juga menunjukkan hasil yang luar biasa. Seperti yang
terjadi pada 6 bulan terkhir dengan 7 pembudidaya lawi-lawi yang terlibat
menghasilkan keuntungan bersih Rp 70 juta, belum lagi efek dari jaringan
pemasaran yang terkait. Budidaya lawi-lawi ini juga sangat sederhana, cepat, tidak
perlu kontrol ketat dan tidak butuh modal besar seperti menanam sayuran di
darat, serta tidak butuh persyaratan lokasi seperti budidaya ikan atau udang.
Bagaimana tidak dengan 1 kali mengeluarkan modal bisa terus menerus memperoleh
hasil sepanjang tahun dan bahkan produksinya terus meningkat tiap bulannya.
Selain itu keunggulan lainnya lawi-lawi bisa dipanen tiap hari atau kapanpun
pembudidaya membutuhkan uang. Penjualannya pun juga sangat mudah karena pembeli
datang langsung ke tambak. Dari pengalaman para pembudidaya saat ini mereka
sudah memperoleh pendapatan bulanan antara Rp 5 -12 juta/bulan.
Produktivitas
lahan pun meningkat bila dibandingkan dengan budidaya bandeng dan udang yang
butuh waktu lama, dan modal besar. Dari hasil yang diperoleh hingga Juni 2012 lahan
tambak di Laikang mampu menghasilkan 20.4 ton/ha/th rumput nyaut lawi lawi. Melihat
angka ini produktivitasnya sangat tinggi bila dihitung nilainya mencapai Rp
76.5 juta/ha/th. Sehinga tidak heran komoditas ini sekarang mendapat perhatian yang luar biasa dari
berbagai pihak, terutama petambak, pengusaha bahkan para pewarta dan pemerintah.
Bahkan pengusaha dari negeri jiran Malayasia pun terpikat dengan hasil yang
luar biasa ini. Mereka telah mengunjungi langsung lokasi tambak di laikang,
sekaligus konsultasi teknis budidaya.
Mereka langsung mengatakan sangat tertarik dengan komoditas lawi-lawi
dan berminat untuk mengembangkannya. [pn/7/2012]
+ komentar + 1 komentar
thanks ilmunya..
Posting Komentar