MAKASSAR.Balai
Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar dan Australian Centre for International
Agricultural Research (ACIAR) telah melakukan ujicoba budidaya nila ni Desa
Salenrang Kabupaten Maros untuk menguji Performa empat strain nila yakni Merah,
Gesit, Gift dan Nirwana. Sehingga dari empat strain tersebut diperoleh strain terbaik secara ekonomi untuk wilayah Sulawesi
Selatan khususnya strain yang bisa dikembangkan di tambak,
walaupun sebenarnya pertumbuhan terbaik ada pada strain nila merah, namun
karena nila merah kurang disukai maka strain gesit adalah pilihan terbaik yang bisa direkomendasikan untuk dibudidayakan di tambak.
Lebih
lanjut Nana menjelaskan bahwa kegiatan budidaya semi intensif di Kanaungan dilakukan
dengan menebar 21.000 ekor bibit nila anakan gesit atau padat tebar 3 ekor/m2
ukuran 3-4 cm sedangkan di Boto Bahari menebar 5000 ekor nila anakan nirwana
atau padat tebar 1 ekor/m2. Bibit nila yang akan ditebar telah disiapkan dan
terlebih dulu diadaptasikan di Balai Budidaya Air Payau Takalar. Hasil kedua
uji coba tersebut menarik perhatian masyarakat sekitarnya karena pada uji coba
di Kanaungan berhasil memanen nila dengan size 3-5 ekor dengan jumlah total
lebih dari 3 ton ikan nila dan di Bonto Bahari berhasil memanen nila sebanyak
300 kg. Dengan harga nila rata-rata Rp 13.000 diperoleh keuntungan cukup besar.
Dari kedua ujicoba lanjutan tersebut menujukkan bahwa hasil budidaya nila di
tambak sangat menguntungkan dan menjanjikkan untuk dikembangkan. Di waktu yang
bersamaan juga diperoleh hal yang sama pada beberapa pembudidaya tambak yang
ikut terlibat.
Pada
siklus berikutnya bahkan menunjukkan hasil yang lebih tinggi karena ikan bisa dijual
dengan harga yang lebih tinggi yakni Rp 17.000/kg namun harus dalam kondisi
hidup. Pak H. Zaenuddin mengatakan bahwa saya telah merasakan hasil dan keuntungannya.
Dengan menebar nila sebanyak 10.000 ekor bisa memanen 1200 kg ikan dengan harga
Rp 17.000/kg, dapat dihitung hasil yang diperoleh dia mencapai Rp 20 juta
padahal biayanya tidak mencapai Rp 3 juta. Sehingga saat ini pembudidaya tambak
mulai merasakan bahwa nila di tambak saat ini sangat menguntungkan walaupun
budidayanya hanya 1 kali dalam 1 tahun bahkan bisa menjadi andalan dalam
meningkatkan pendapatan mereka. Dari hasil itu banyak para pembudidaya bandeng
dan udang tertarik dan pembudiaya seperti Pak H. Zaenuddin, bahkan mereka membulatkan
tekad bahwa musim hujan tahun depan semua tambaknya akan ditebari ikan nila.
Ketertarikan pada komoditas nila disebabkan karena cara budiaya yang mudah,
murah, cepat dan menguntungkan. Bahkan Pak H. Zaenuddin menjelaskan bila
dibandingkan dengan budidaya Bandeng budidaya Nila sangat menguntungkan, karena
Budidaya Nila butuh waktu 1 tahun untuk dipanen dan jumlahnya lebih sedikit.
Keterarikan mereka sangat jelas adalah waktu yang singkat karena mereka para
pembudidaya sekala kecil hanya mengandalkan tambak dimilikinya sebagai sumber
ladang penghasilannya, selain itu tingkat kegagalan budidaya nila juga rendah
dan biaya yang sedikit.[pn7/2012].
Posting Komentar