SELAMAT DATANG........Sahabat Pembudidaya

.

FISHERIES FOR PEOPLE WELFARE, Dengan Ikan kita sehat, cerdas dan Sejahtera

Perikanan adalah sumberdaya yang terbarukan dan tak ternilai di bumi ini, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan manusia.

BUDIDAYA NILA (Oreochromis niloticus) DI TAMBAK : SUATU ALTERRNATIF BUDIDAYA YANG MENGUNTUNGKAN BAGI PEMBUDIAYA SEKALA KECIL DI SULAWESI SELATAN

Senin, 29 Juli 20130 komentar

Nana S.S. Udi Putra, Dasep Hasbullah, Imran Lapong, Mike Krimer,  Sugeng Raharjo,

Nila hasil budidaya di tambak
Kegiatan budidaya tambak udang di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 90-an. Harga udang yang menggairahkan dan hambatan produksi yang  masih minim membuat masyarakat pesisir beramai-ramai mengubah hutan mangrove atau lahan pertanian menjadi lahan tambak udangNamun mulai awal tahun 2000-an, produksi udang di Indonesia mulai menurun karena serangan wabah penyakit virus WSSV (Withe Spot Syndrome Virus) yang mematikan. Kondisi yang sama diikuti oleh negara negara penghasil udang lainnya di kawasan Asia,  akibatnya produksi budidaya undang tereduksi hingga 40%.  
Pembudidaya udang skala kecil adalah yang paling terkena dampak dari wabah penyakit ini. Banyak dari mereka menghentikan usahanya dan lahan tambak kembali menjadi tidak produktif dan terbengkalai yang akhirnya berdampak pada menurunnya kemampuan ekonomi masyarakat pesisir. Menyikapi kondisi tersebut maka perlu upaya yang tepat dan signifikan terutama bagi masyarakat yang terkena dampak besar secara ekonomi dan mencoba mengembalikan produktivitas tambak-tambak yang menganggur dengan resiko dan biaya yang rendah.  
Dalam rangka untuk memecahkan masalah tersebut, Sejak tahun 2010 BBAP Takalar Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan beberapa instansi lainnya baik di Indonesia maupun Australia untuk mengimplementasikan  proyek Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) yang berjudul “Diversification of small-scale aquaculture in Indonesia”. Fokus dari kegiatan ini adalah mengembangkan jenis komoditas budidaya potensial yang bisa dikembangkan di tambak melalui percontohan budidaya secara langsung dan melibatkan petambak skala kecil. Lokasi percontohan budidaya ikan nila adalah  Desa Bonto Bahari Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.

Nila sebagai komoditas potensial dibudidayakan di Tambak
Jenis komoditas budidaya yang direkomendasikan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), karena ikan jenis ini mempunyai karakteristik daya hidup yang sangat tinggi  terhadap berbagai kondisi lingkungan termasuk salinitas air, dan kondisi lingkungan lainnya. Sehinngga jenis ikan ini sangat tepat untuk dijadikan alternatif dalam rangka mengoptimalkan keberadaan tambak dan peningkatan ketahanan pangan bagi masyarakat pesisir. Namun demikian untuk menjamin pertumbuhan nila yang optimal salinitas air tambak harus dipertahankan pada kisaran 0-15 ppt. Pertumbuhan nila akan semakin bagus pada kondisi lahan dengan kandungan bahan organik yang minimal.
Dari hasil kajian BBAT Takalar dan ACIAR sebelumnya strain nila yang potensial dikembangkan di tambak Sulaiwesi Selatan adalah strain nila GESIT (Genetically Supermale Indonsian Tilapia). Strain yang dikembangkan di BBAP Takalar dengan calon induk berasal dari BBPBAT Sukabumi Jawa Barat.  Karaktetastik strain ini bisa menghasilkan anakan ikan nila jantan yang lebih dari 80% sehingga pertumbuhan lebih cepat dan lebih besar dalam waktu 4 bulan periode pemeliharaan.

Budidaya Nila
Uji coba pertama di lakukan pada tahun 2011 dengan melibatkan 1 (satu) orang petani, dan pada tahun 2012 melibatkan 4 petani. Luas tambak sebaiknya ada pada kisaran 0,5 – 1 Ha, padat tebar 1 ekor/m2 dan ukuran benih 5-8 cm.  Aklimatisasi perlu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya perbedaan salinitas dan suhu air antara media air yang  digunakan dipembenihan dan air tambak saat penebaran.
Sistem budidaya tradisional dengan pola ganti petakan tambak untuk setiap periode 1 bulan atau 2 bulan setip siklusnya (sistem modular).  Proses pemindahan dilakukan setelah pakan alami yang tersedia di petak pemeliharaan habis dan petak baru telah siap serta dipenuhi pakan alami. 
Untuk keamanan pangan, selama proses tidak menggunakan obat-obatan, pupuk unorganik, dan pakan komersial.  Pakan tambahan yang diberikan berupa dedak halus yang ditebar langsung menggunakan karung yang dibolongi. 
      Budidaya nila sistem tradisional mampu meningkatkan biomas dari 5 g menjadi 200 – 250 g selama 120 hari pemeliharaan.  Perbedaan pendapatan terjadi karena adanya perbedaan harga pasar pada saat panen. Pada tahun 2011 harganya Rp.13000 per kg sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp 17.000 per kg. Setiap tambak bisa menghasilkan sekitar 300 kg per 0,5 Ha, sehingga paling rendah mereka bisa memperoleh Rp 4 juta per siklus  (Tabel 1).  Dari hasil tersebut, budidaya nila lebih menguntungkan dibanding budidaya udang tradisioal yang ada pada kisaran Rp 1 juta – Rp 5 juta.  Keuntungan lainnya dari budidaya nila di tambak udang adalah bisa menjadi budidaya tambahan saat kondisi salinitas air rendah.

Tabel 1.  Produksi ikan nila di tambak di Bontobahari Kabupaten Maros Sulawesi Selatan hingga tahun 2012.
Pembudidaya
Waktu penebaran
Luas areal (Ha)
Jumlah bibit
Produksi
Nilai uang (Rp Juta)
1
April  2011
0,5
5000
298
4,02
2
Feb-2012
0,5
5000
325
5,525
3
Feb-2012
0,5
5000
325
5,525
4
Feb-2012
0,5
5000
300
5,100

H. Zainuddin,
Pembudidaya nila di tambak
            Berdasar pada hasil produksi tersebut di atas pihak BBAP Takalar dan ACIAR melakukan perluasan wilayah binaan ke daerah lain dibantu oleh Dr. Mardiana E. Fachri dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar. Para pembudidaya tambak di daerah lain seperti Desa Salenrang, Bontolempangan di Kabupaten Maros, Desa Labakkang dan Kanaungan di Kabupaten Pangkep tertarik untuk mengembangkan budidaya nila ditambak.
            Dari hasil uji coba tersebut kegiatan budidaya nila di tambak memberikan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat pesisir karena :


 Investasi rendah
Modal yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya maksimal Rp 1,5 juta.  Pebudidaya skala kecil  umumnya memiliki modal yang terbatas dan sulit medapatkan akses ke lembaga pembiyaan. Sehingga alternatif budidaya nila sangat penting bagi masyarakat pesisir khususnya bagi pembudiaya skala kecil.

Teknik budidaya yang sederhana

            Umumnya bekas tambak budidaya udang bisa dipakai untuk budidaya nila. Tidak membutuhkan pengontrolan yang ketat seperti budidaya udang. Persyaratan utama yang dibutuhkan adalah hanya kondisi salinitas air yang lebih lendah dari 15 ppt.


Meningkatkan Pendapatan

            Kegiatan budidaya nila bisa menjadi kegiatan utama ataupun tambahan bagi masyarakat pesisir. Kegiatan budidaya nila sebagai kegiatan tambahan bisa dilakukan pada saat salinitas air tambak terlalu rendah untuk budidaya udang. Bila tambak-tambak bisa termanfaatkan sepanjang tahun maka pendapatan petani pun akan meningkat pula.


Keuntungan yang tinggi

Bila dikonversi ke luasan satu hektar, hasil dari budidaya nila sistem tradisional mencapai kisaran Rp 8-11,5 juta per ha per siklus. Keuntungan dari kegiatan budidaya memiliki hasil yang lebih tinggi dibanding dengan budidaya udang tradisional yang hanya mencapai Rp 1-5 juta per ha per siklus budidaya.  Sehingga budidaya nila sangat menjanjikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat pesisir.

Memanfaatkan tambak idel

            Budidaya nila bisa membantu meningkatkan kondisi kualitas air dan lingkungan dan memanfaatkan kembali tambak-tambak yang sebelumnya tidak lagi digunakan untuk budidaya udang, sehingga tambak kembali menjadi produktif.

Meningkatkan kualitas lingkungan

            Kegiatan budidaya ikan nila di tambak udang akan membantu memutus carier penyakit yang biasa menyerang udang. Sehingga kondisi lingkungan akan terhindar dari penyakit yang akan menyerang udang, dan sekaligus akan meningkatkan sustainabilitas  usaha budidaya udang.


Rencana penelitian dan pengembangan

 Budidaya ikan nila di tambak masih kurang dilakukan di Sulawesi Selatan, karena pembudidaya lebih memilih udang atau bandeng. Budidaya ikan nila telah memberikan harapan baru bagi para pembudidaya sekala kecil, mereka tertarik terhadap budidaya ikan nila di tambak. Kegiatan ini akan terus disebarluaskan ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan. BBAP Takalar dan ACIAR akan melakukan pemuliaan ikan nila agar  bisa menghasilkan benih ikan nila yang lebih cocok untuk air payau di Sulawesi Selatan dan bisa menurunkan harga benih.

Nana S S Udi Putra
nana_ssup@yahoo.com
 Ucapan terima kasih

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr Mardiana E. Fachri, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, dalam membantu pengembangan kelompok pembudidaya.  Artikel merupakan hasil dari Proyek ACIAR project FIS/2007/124 ‘Diversification of smallholder coastal aquaculture in Indonesia’.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PUTRA NANA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger